Mereka Tidak Melihat, Tapi Mampu Mengarungi Dunia Cyber
Di abad 21 ini, bukan hal yang aneh lagi apabila teknologi
sudah tersebar dimana-mana. Dimana pun kita berada, benda teknologi pasti
selalu berada tidak jauh didekat kita. Apalagi di era globalisasi seperti
sekarang ini. Kita tidak boleh hanya
memandang dunia sebatas apa yang ada di sekitar lingkungannya saja. Tapi harus
melihat dunia dari berbagai arah. Untuk itu jalan yang termudah adalah melalui
internet. Dengan internet, kita dapat melihat apa saja yang ada di seluruh
sudut dunia. Dengan internet, semua ilmu pengetahuan terbuka luas untuk siapa
saja. Dengan internet, kita bisa berkomunikasi dengan seluruh penduduk dunia.
Oleh karena itu, internet memang membuat pengetahuan dan wawasan seseorang
menjadi sangat luas.
Lalu, bagaimana dengan para tunanetra yang mempunyai
kekurangan dalam melihat? Apakah mereka
mempunyai kesempatan untuk mengenal dunia luar dengan internet? Bagaimana caranya
mereka mengarungi dunia cyber tersebut dengan kekurangan mereka?
Mereka tau bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam
penglihatan, namun rasa tidak mau kalah dengan mereka yang memiliki indera mata
normal begitu bergejolak didalam hati mereka. Sehingga timbul rasa tertarik dan
keingintahuan kepada internet. Dari sekedar rasa ingin tahu, mereka menyadari
ternyata komputer itu bukan suatu momok yang ditakuti, tetapi merupakan suatu
teknologi yang akan membantu untuk masa depan.
Dengan pesatnya kemajuan perkembangan teknologi, sekarang mereka
sudah tak perlu bermimpi lagi bisa menggunakan komputer atau bahkan menjelajah
dunia maya lewat internet. Tapi kini dengan satu program khusus, mereka bahkan
bisa berlomba keahlian mengoperasikan komputer.
Dengan hadirnya alat yang namanya open book yang bisa di-scan
dan bisa dibacakan lewat sceen reader (JAWS), para tuna netra dimungkinkan bisa
membaca buku seperti yang ada di Perpustakaan Pendidikan Nasional milik
Depdiknas yang bekerjasama dengan Mitra Netra.
Namun tahap pertama yang harus dipelajari tuna netra adalah mengenal
hardware, monitor, CPU, keyboard. Khusus bagi tuna netra, digunakan software
pembaca layar. Setelah cukup mahir, para tuna netra bisa melakukan berbagai hal
dan merasakan bahwa komputer itu benar-benar indah. Internet bisa membantu tuna
netra memperoleh informasi yang mereka butuhkan Dengan internet itu, mereka bisa
mencari informasi yang diinginkan sendiri, meski informasi yang ada sekarang
sebagian besar tidak bisa diakses oleh tuna netra. Komputer juga bisa menjadi
hiburan seperti mendengarkan musik.
Ketidaksempurnaan tunanetra sudah tidak bisa dijadikan lagi
sebagai alasan mereka buta komputer buta internet buta teknologi. Sebagaimana upaya
yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini yaitu memberantas buta internet. Betapa
bahagianya bisa melihat mereka yang ‘tidak sempurna’ dengan yang normal bisa
berdampingan berkomunikasi menggunakan internet ditengah maraknya aplikasi
social media yang ada di internet.
Bagi tunanetra, tujuan akhir mereka belajar komputer adalah
supaya bisa 'bertahan hidup' di dunia maya, bahkan bisa berhubungan dengan
orang-orang di luar negeri. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah kalau orang yang
memiliki hambatan penglihatan tidak bisa menguasai komputer. Kemajuan teknologi
juga telah membuat penyandang tuna netra bisa melakukan pekerjaan yang dulu
nyaris tidak bisa mereka lakukan. Kini mereka yang tidak bisa melihat, tetap bisa
mengarungi dunia cyber serta dapat ikut membuat perkembangan teknologi lebih
pesat lagi dan dapat meraih apa yang ingin mereka capai.
Meraih sesuatu dengan kesempurnaan (penglihatan) memang
hebat, tetapi kalau meraih sesuatu dengan kekurangan (tuna netra) itu baru luar
biasa.
Tuesday, July 08, 2014 | Labels: ARTIKEL | 0 Comments
MAHALNYA PENDIDIKAN DI NEGARA INI
Pendidikan sebagai salah satu elemen yang sangat penting
dalam mencetak generasi penerus bangsa juga masih jauh dari yang diharapkan.
Masalah disana-sini masih sering terjadi. Namun yang paling jelas adalah
masalah mahalnya biaya pendidikan sehingga tidak terjangkau bagi masyarakat
dikalangan bawah. Meskipun pemerintah sudah memberikan keringanan melalui
beberapa beasiswa bagi siswa yang tidak mampu dan berprestasi tetap saja tidak
sesuai dengan standar hidup masyarakat Indonesia saat ini.
Seharusnya pendidikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia
seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi salah satu tujuan
Negara kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini mempunyai konsekuensi
bahwa Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia
untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan yang layak. Namun tidak dengan
kenyataannya, pemerintah jutru ingin berkilah dari tanggung jawab padahal
keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan pemerintah untuk “cuci tangan”.
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam
bangku pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi membuat masyarakat
miskin tidak mempunyai pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Padahal,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun.
Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini
dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara
di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105
(1998), dan ke-109 (1999).
Apa makna data tentang rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia itu? Maknanya adalah, jelas ada masalah dalam sistem pendidikan
Indonesia. Ditinjau secara perspektif ideologis (prinsip) dan perspektif teknis
(praktis), berbagai masalah itu dapat dikategorikan dalam 2 (dua) masalah yaitu
:
1)
Masalah
mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan
penyelenggaran sistem pendidikan.
2)
Masalah-masalah
cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek praktis/teknis yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, rendahnya kesejahteraaan
guru, dan sebagainya.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi
mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
Secara
umum, dampak dari mahalnya biaya pendidikan adalah:
1.
Lemahnya
Sumber Daya Manusia
2.
Lemahnya
Taraf Ekonomi Masyarakat
3.
Kurangya
Kesadaran Masyarakat Akan Kesehatan
Berdasarkan faktor penyebab mahalnya pendidikan di Indonesia,
ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah maupun masyarakat sebagai
berikut:
1)
Memperbesar
dana APBN untuk pendidikan, yaitu sesuai dengan undang-undang sebesar 20% dari
total APBN. Dengan meningkatnya dan dari APBN dapat menutup biaya yang
diperlukan sehingga tidak terlalu memberatkan wali murid.
2)
Dinas
Pendidikan terkait melakukan investigasi terhadap pungutan biaya pendidikan
pada waktu pendaftaran, sehingga tidak memberatkan orang tua murid.
3)
Melibatkan
unsur masyarakat, terutama mereka yang mampu secara ekonomi. Hubungan tersebut
dengan menjalin kerjasama dengan tokoh-tokoh atau pengusaha masyarakat sekitar
sehingga dapat menghimpun dana atau program yang dapat membantu meminimalisasi
biaya pendidikan.
4)
Masalah
fasilitas atau program sekolah yang dapat membengkakkan biaya pendidikan, dapat
diselesaikan dengan cara pengaturan dalan pembuatan kebijakan sekolah yang
lebih ramping lagi.
Referensi:
Sidarta,
Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abu
Ahmad, Nur Uhbiyati, (2001), Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta
Tuesday, July 08, 2014 | Labels: ARTIKEL | 0 Comments
INFLASI DAN PENGANGGURAN
I.
Definisi Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan yang
mengakibatkan naiknya harga secara umum atau suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu).
II.
Penyebab Inflasi
1.
Kelebihan jumlah
uang yang beredar dalam masyarakat (money in circulation).
2.
Kekurangan barang
yang ditawarkan dalam masyarakat.
3.
Permintaan
melebihi penawaran (demand pull inflation).
4.
Meningkatnya
biaya produksi barang (cost push inflation).
5.
Meningkatnya
indeks harga konsumen (consumer price index).
6.
Inflasi dari luar
negeri (imported inflation).
III.
Klasifikasi Inflasi
Inflasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
sifat, sebab terjadinya, dan berdasarkan asalnya.
1.
Inflasi Berdasarkan Sifatnya
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi,
meliputi:
1)
Inflasi Ringan
(Creeping Inflation)
Inflasi yang
tingkatannya masih di bawah 10% setahun
2)
Inflasi Sedang
(Galloping Inflation)
Inflasi yang
tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
3)
Inflasi Berat
(High Inflation)
Inflasi yang
tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
4)
Inflasi Sangat
Tinggi (Hyperinflation)
Inflasi yang
tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami
Indonesia pada masa orde lama.
2.
Inflasi Berdasarkan Sebabnya
1) Demand Pull
Inflation
Inflasi ini
terjadi sebagai akibat pengaruh permintaan yang tidak diimbangi oleh
peningkatan jumlah penawaran produksi. Akibatnya, sesusai dengan hukum
permintaan jika permintaan banyak sementara penawaran tetap, harga akan naik.
Jika hal ini berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan
kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
2) Cost Push
Inflation
Inflasi ini
disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
input atau biaya faktor produksi. Akibat naiknya biaya faktor produksi, dua hal
yang dapat dilakukan oleh produsen yaitu langsung menaikkan harga produknya
dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi.
3) Bottle Neck
Inflation
Inflasi ini
dipicu oleh faktor penawaran (supply) atau faktor permintaan (demand). Jika
dikarenakan faktor penawaran maka persoalannya adalah sekalipun kapasitas yang
ada sudah terpakai tetapi permintaannya masih banyak sehingga menimbulkan
inflasi.
3.
Inflasi Berdasarkan Asalnya
1)Inflasi yang
berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi ini
timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang
terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya, biasanya pemerintah
melakukan kebijakan mencetak uang baru.
2) Inflasi yang
berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi ini
timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami
inflasi tinggi. Kenaikan harga-harga di luar negeri atau di negara-negara mitra
dagang utama (antara lain disebabkan melemahnya nilai tukar) yang secara
langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan kenaikan biaya produksi di
dalam negeri.
IV.
Definisi Pengangguran
Pengangguran dapat diartikan sebagai
penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers) atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja atau
memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
V.
Jenis-Jenis Pengangguran
1.
Pengangguran Friksional
Pengangguran ini bersifat sementara, biasanya
terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan lowongan kerja.
Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi, maupun jarak.
Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan
memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari
kerja yang lebih baik. Di dalam proses mencari kerja yang lebih baik adakalanya
mereka harus menganggur. Akan tetapi, pengangguran ini tidak serius karena
bersifat sementara.
2.
Pengangguran Konjungtural / Siklikal
Terjadi karena adanya pengurangan pekerjaan
sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat kegiatan perekonomian.
Pengangguran ini terjadi dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya produksi
atau karena adanya perubahan konjungtur (turunnya permintaan efektif terhadap
barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan produksi sehingga
mengakibatkan pengurangan buruh). Contohnya seseorang menjadi menganggur karena
di-PHK dari perusahaannya disebabkan karena kondisi ekonomi yang tidak stabil
(inflasi).
3.
Pengangguran Musiman
Yaitu jenis pengangguran yang terjadi secara berkala,
misalnya pengangguran pada saat selang waktu antara musim tanam dan musim
panen. Di sektor pertanian pekerjaan yang paling padat adalah musim tanam dan
musim panen sehingga saat selang waktu antara musim tanam dan panen banyak
terjadi pengangguran
4.
Pengangguran Struktural
Disebabkan oleh perubahan di dalam struktur
ekonomi yang berasal dari faktor tertentu seperti perubahan teknologi atau
relokasi industri atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja.
Pengangguran struktural terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara lowongan
pekerjaan dan pekerja yang menganggur karena penganggur tersebut tidak memiliki
kemampuan yang tepat atau tidak tinggal di tempat yang tempat untuk mengisi
lowongan pekerjaan. Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk industri kimia
menuntut persyaratan yang relatif berat, yaitu pendidikan minimal sarjana muda
(Program D3), mampu menggunakan komputer dan menguasai minimal bahasa inggris.
5.
Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi terjadi ketika
mesin-mesin menggantikan manusia. Contohnya, pada pembangunan jalan raya.
Mesin-mesin berat dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan pembuatan jalan
raya. Penggunaan mesin berat akan mengurangu tenaga manusia yang diperlukan
dalam kegiatan membangun jalan raya.
VI.
Cara Mengatasi Inflasi dan Pengangguran
Secara teoritis untuk mengatasi
inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi
jumlah uang yang beredar.
Berikut
ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
1.
Kebijakan Moneter
Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter
dengan tujuan menjaga kestabilan
moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:
a. Politik diskonto,
dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan
kredit akan berkurang.
b. Operasi pasar
terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI.
c. Menaikan cadangan
kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang.
d. Kredit selektif,
politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit
e. Politik sanering,
ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI
pada tanggal 13 Desember 1965 yang
melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
2.
Kebijakan Fiskal
Dapat dilakukan dengan cara:
a. menaikkan tarif
pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak,
sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
b.
Mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah
c.
Mengadakan
pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde
lama.
3. Kebijakan
Non Moneter
Dapat dilakukan melalui:
a. Menaikan hasil
produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih
produktif dan menghasilkan output
yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
b. Kebijakan upah,
pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.
c. Pengawasan harga,
kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang-barang
tertentu.
John Maynard Keynes mengemukakan bahwa
pengangguran tidak dapat dihapuskan, tetapi hanya dapat dikurangi. Adapun
langkah yang harus ditempuh pemerintah untuk menurunkan tingkat pengangguran,
yaitu:
a)
Menyusun rencana
pembangunan yang diarahkan pada kegiatan untuk mengurangi ketimpangan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
b) Merumuskan
kebijakan di bidang penanaman modal, perizinan, usaha, perpajakan, moneter, dan
perdagangan.
c)
Menyusun program
dan proyek perluasan kesempatan kerja.
d)
Mendorong terbuka
kesempatan usaha-usaha informal.
Selain itu, cara mengatasi pengangguran dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Pada pengangguran
siklis dengan melakukan peningkatan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat
dapat meningkat apabila mereka mendapat tambahan penghasilan. Pemerintah harus
membuka proyek yang bersifat umum, seperti membangun jalan, jembatan, irigasi,
dan kegiatan lainnya. Serta mengarahkan permintaan masyarakat untuk membeli
barang dan jasa serta memperluas pasar barang dan jasa.
2. Pada pengangguran
struktural, dengan melakukan pengadaan pendidikan dan pelatihan sebagai
persiapan untuk berkarier pada pekerjaan yang baru, memindahkan tenaga kerja
dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkan, meningkatkan
mobilitas tenaga kerja dan modal yang ada, dan mendirikan industru yang
bersifat padat karya, sehingga mampu menampung tenaga kerja yang menganggur.
3.
Pada pengangguran
friksional, dengan mengusahakan informasi yang lengkap tentang permintaan dan
penawaran tenaga kerja sehingga proses pelamaran, seleksi, dan pengambilan
keputusan menerima atau tidak berlangsung lebih cepat. Cara lain adalah
menyusun rencana penggunaan tenaga kerja sebaik mungkin.
4.
Pada pengangguran
musiman, dengan pemberian informasi yang jelas tentang adanya lowongan kerja
pada bidang lain dan melatih seseorang agar memiliki keterampilan untuk dapat
bekerja pada “masa menunggu” musim tertentu.
Referensi:
Widjajanta,
Bambang., & Aristanti Widyaningsih. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: Citra Praya.
Ahman, Eeng.,
& Epi Indriani. Ekonomi dan Akutansi
(Membina Kompetensi Ekonomi). Jakarta: PT Grafindo Media Pratama
S, Alam. 2006. Ekonomi Jilid 2. Jakarta: ESIS.
Daftar Pustaka:
Friday, July 04, 2014 | Labels: TEORI ORGANISASI UMUM | 1 Comments
PENDAPATAN NASIONAL
I.
Definisi Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional dapat didefinisikan
sebagai:
· Nilai barang dan jasa yang diproduksi
masyarakat suatu negara dalam dalam suatu periode tertentu (satu tahun).
· Jumlah pengeluaran nasional untuk membeli
barang dan jasa yang dihasilkan
· Jumlah pendapatan yang di terima faktor-faktor
produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Jika dilihat dari jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan, pendapatan nasional dapat dikelompokkan menjadi:
1.
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk
Domestik Bruto yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi masyarakat suatu
negara dalam periode teretentu, biasanya satu tahun. GDP dihitung dengan
menjumlahkan semua hasil produksi barang dan jasa dari masyarakat yang tinggal
di suatu negara, ditambah warga negara asing yang bekerja di negera tersebut.
Selain PDB, kita mengenal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan
nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh masyarakat yang tinggal di
suatu daerah (region).
2.
Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk
Nasional Bruto yaitu seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh warga negara suatu negara tertentu di manapun berada dalam periode
tertentu , biasanya satu tahun.
Rumus: GNP
= GDP – Produk netto terhadap luar negeri
3.
Produk Nasional Neto (Net National Product)
Yaitu
seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara
dalam periode tertentu biasanya satu tahun, setelah dikurangi penyusutan dan
barang pengganti modal.
Rumus: PNN=
PNB – (Penyusutan + Barang pengganti modal)
4.
NNP (Net National Product)
NNP adalah
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu,
setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus : NNP
= GNP – Penyusutan
5.
NNI (Net National Income)
NNI adalah
jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak
tidak langsung (indirect tax)
Rumus
: NNI = NNP – Pajak tidak langsung
6.
PI (Personal Income)
PI adalah
jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke
tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran
jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
Rumus : PI = (NNI + transfer payment) –
(Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan)
7.
DI (Disposible Income)
DI adalah
pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh
penerimanya.
Rumus : DI
= PI – Pajak langsung
II.
Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan
Produksi (Output Approach)
Menurut metode ini, pendapatan nasional atau
PDB yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam
perekonomian suatu negara. Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi dalam
praktiknya yaitu dengan membagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi.
Jumlah output setiap sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya
saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian
berasal dari output sektor lain, atau merupakan input bagi sektor ekonomi yang
lainnya. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan
ganda (double accounting) atau bahkan multiple accounting. Akibatnya angka PDB
bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk
menghindarkan hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi,
yang dijumlahkan yaitu nilai tambah (value added) setiap sektor.
Rumus: Y
= (PXQ)1 + (PXQ)2 +.....(PXQ)n
Ket: Y
= Pendapatan Nasional
P = harga
Q = kuantitas
2. Pendekatan
Pendapatan (Income Approach)
Pendapatan nasional menurut metode pendapatan
memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Pendapatan nasional merupakan
hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang
diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode.
Rumus: PN=
r + w + i + p
Ket: r=
pendapatan sewa( rent)
w= upah atau gaji (wage)
i= pendapatan bunga (interest)
p= keuntungan (profit)
3. Pendekatan
Pengeluaran (Expenditure Approach)
Merupakan nilai total pengeluaran dalam
perekonomian selama periode tertentu.
Rumus: Y
= C + I + G + (X - M)
Ket :
Y = Pendapatan Nasional
C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M= impor
Menurut metode ini ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian, yaitu:
a)
Konsumsi
Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang
dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun
barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable
goods).
b)
Konsumsi
Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa
akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk
tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
c)
Pengeluaran
Investasi (Investment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran
sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik
berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
d)
Ekspor
Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor
dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar
daipada impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan
transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
III.
Manfaat Mempelajari Pendapatan Nasional
1.
Untuk
menggambarkan jenis perekonomian dan strukturnya. Dari perhitungan pendapatan
nasional dapat diketahui apakah suatu negara cenderung dimasukkan dalam
golongan negara industri atau agraris.
2.
Membandingkan
perekonomian antarnegara dan antardaerah. Dengan data perbandingan itu, kita
dapat mengetahui mengapa pendapatan negara A rendah sementara negara B tinggi,
mengapa pendapatan provinsi yang satu tinggi, sementara provinsi yang lain
rendah.
3.
Membandingkan
data pendapatan dari waktu ke waktu. Pendapatan nasional dihitung setiap tahun.
Karenanya, kemajuan atau kemunduran tiap sektor dapat dihitung. Data ini
diperlukan untuk menentukan kebijakan di bidang ekonomi.
4.
Membantu
pemerintah merumuskan kebijakan di bidang ekonomi. Dengan data yang tersedia,
dapat diambil kesimpulan langkah apa yang harus diambil untuk memperbaiki
perekonomian.
Tujuan mempelajari pendapatan
nasional:
1.
Mengetahui
perkembangan pendapatan dari tahun ke tahun
2.
Mengetahui
struktur perekonomian suatu negara, apakah negara agraris atau negara industri.
3.
Mengetahui
kemajuan suatu negara dalam mencapai kemakmuran.
IV.
Kendala Penghitungan Pendapatan Nasional
Kendala-kendala
dari perhitungan pendapatan nasional terutama disebabkan dengan terbatasnya
data yang ada, lebih-lebih untuk negara berkembang. Sumber data yang tersedia
seringkali tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu untuk
menghitung tingkat pendapatan nasional banyak sekali ditemui hambatan-hambatan
dalam memperoleh data, seperti data pendapatan penduduk yang masih banyak
sekali kelemahan-kelemahan dalam cara perhitungan, data mengenai jumlah
penduduk dan sebagainya yang kesemuanya itu tidak terlepas dari keterbatasan
petugas di lapangan dan juga terbatasnya biaya. Hal ini akan berbeda sekali
keadaannya bila dibandingkan dengan negara-negara maju.
Keterbatasan
Perhitungan PDB
1)
PDB tidak
memasukan memasukan transaksi yang terjadi pada “underground economy”
(perekonomian bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal
seperti penjualan narkoba, dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara
tidak masuk dalam perhitungan PDB . Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat
undervalued (lebih rendah) dari yang seharusnya .
2)
PDB tidak
selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu .
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu .
3)
PDB tidak
mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat
menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara
penduduknya atau tidak . Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang
besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa
indikator lain perlu digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan
ketimpangan yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.
MASALAH
PERHITUNGAN :
1)
masalah
mengumpulkan data dan informasi
2)
memilih
kegiatan yang nilai produksinya dihitung
3)
masalah
perhitungan dua kali
4)
menentukan
harga barang-barang
5)
investasi
bruto dan investasi neto
6)
masalah
kenaikan harga dan perubahan kualits barang
Referensi:
S, Alam. 2006. Ekonomi Jilid 1. Jakarta: ESIS.
Widjajanta,
Bambang., & Aristanti Widyaningsih. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: Citra Praya.
Daftar Pustaka:
http://riesdis.wordpress.com/2011/05/12/pendapatan-nasional/
Friday, July 04, 2014 | Labels: TEORI ORGANISASI UMUM | 1 Comments
Subscribe to:
Posts (Atom)
Copyright by Fauziah Safarina 2012. Powered by Blogger.
MY CAMPUS
STUDENTSITE NEWS
About Me
Facebook Contact
My Twitter
My Tweets
Popular Posts
-
Ini salah satu bahan praktikum fisika dasar gue pas masih di tingkat 1. Gue share supaya bisa membantu peserta praktikum tingkat 1 lainnya...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang kaya akan budaya dan dae...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun hidup ber ke...
-
Tujuan saya memilih topik ini adalah untuk mendeskripsikan penyesuaian diri pada kepribadian ekstrovert dan introvert. Lalu mengetahui pe...
-
I. Definisi Pendapatan Nasional Pendapatan nasional dapat didefinisikan sebagai: · Nilai barang dan jasa yang diprodu...
-
1. Teori Perilaku Produsen Teori Perilaku Produsen adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana tingkah laku produsen dalam me...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya manusia banyak tujuan yang hendak dicapai sepanjang hidupnya. Seringkali ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi I...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki keberagaman terbany...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budaya-budaya ...