PRIA METROSEKSUAL
Apakah metroseksual itu? Itulah kata yang
menjadi gaya hidup baru di era globalisasi ini. Sebuah kata majemuk yang
berasal dari paduan dua istilah metropolitan dan heteroseksual. Istilah yang
dipopulerkan pada tahun 1994 untuk merujuk kepada kaum pria (khususnya yang
hidup pada masyarakat post-industri dengan budaya kapitalis) yang menampilkan
ciri-ciri atau stereotipe yang sering dikaitkan dengan kaum pria homoseksual
(seperti perhatian berlebih terhadap penampilan), meskipun dia bukanlah seorang
homoseksual. Pria metroseksual? Ya, pria yang bersih, rapi, wangi, dan menarik
yang sering didambakan oleh kaum hawa. Pria yang lebih memperhatikan penampilan
fisiknya dari ujung rambut hingga ujung kuku dibandingkan dengan hal lainnya.
Pria Metroseksual, pria lajang belia dengan
pendapatan berlebih, hidup dan bekerja di kawasan perkotaan dan ia gemar
berbelanja. Ciri khas pria ini adalah pria muda yang memiliki uang untuk
dibelanjakan, hidup dekat atau di metropolis karena disanalah terletak toko,
klub, pusat kebugaran, dan penata rambut terbaik. Pria kokoh yang penuh
penyangkalan diri, sederhana dan rendah hati, jarang berbelanja untuk dirinya
sendiri, kini digantikan oleh pria baru, seseorang yang kurang yakin dengan
identitasnya dan lebih tertarik pada citra dirinya sendiri. Hal ini untuk
menyatakan seseorang yang ingin dilihat dan diperhatikan karena dengan demikian
mereka baru yakin bahwa mereka itu ada.
Selain menaruh perhatian lebih kepada
penampilan, pria metroseksual juga cenderung memiliki sifat konsumerisme, sifat
yang menjadikan seseorang melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau
pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya
secara sadar dan berkelanjutan.
Dampak dari sifat konsumerisme pada pria metroseksual
membuat mereka selalu belanja, belanja, dan belanja untuk menunjang
penampilannya setiap hari. Betapa pun
seringnya mereka belanja, masih lebih merasa kurang cukup untuk penampilanya.
Selain memiliki sifat konsumerisme, pria
metroseksual juga cenderung memiliki kepekaan mode dan memilih pakaian
berkualitas atau bermerek, serta memiliki kebiasan merawat diri (grooming) atau
kebiasaan-kebiasaan yang dahulu lazim dikaitkan dengan kaum perempuan. Misalnya
menyukai kosmetik untuk pria, pergi ke salon atau spa, atau melakukan perawatan
tubuh seperti perawatan rambut, kuku dan kulit.
Meskipun begitu, jangan berfikir buruk
tentang pria metroseksual! Karena metroseksual ini bukanlah seorang homoseksual
atau pria yang kemayu. Ia tetaplah pria normal yang bisa memiliki keluarga yang
bahagia dengan istri yang cantik dan anak-anak yang lucu. Hanya lebih memiliki
sifat “kewanitaan”, misalnya lebih senang ngobrol dan mampu berkomunikasi
dengan lebih baik daripada rata-rata pria. Dan yang paling nyata, metroseksual
ini sangatlah fashionable.
===================================================
Gaya
kalimat yang digunakan,
a) Kalimat
berkompilasi:
- Pria
Metroseksual, pria lajang belia dengan pendapatan berlebih, hidup dan bekerja
di kawasan perkotaan dan ia gemar berbelanja.
- Pria
kokoh yang penuh penyangkalan diri, sederhana dan rendah hati, jarang
berbelanja untuk dirinya sendiri, kini digantikan oleh pria baru, seseorang
yang kurang yakin dengan identitasnya dan lebih tertarik pada citra dirinya
sendiri.
- Selain
memiliki sifat konsumerisme, pria metroseksual juga cenderung memiliki kepekaan
mode dan memilih pakaian berkualitas atau bermerek, serta memiliki kebiasan
merawat diri (grooming) atau kebiasaan-kebiasaan yang dahulu lazim dikaitkan
dengan kaum perempuan. (Kalimat berklimaks)
b) Kalimat
bervariasi:
- Apakah
metroseksual itu? Itulah kata yang menjadi gaya hidup baru di era globalisasi
ini. (Variasi kalimat pertanyaan)
- Pria
metroseksual? Ya, pria yang bersih, rapi, wangi, dan menarik yang sering
didambakan oleh kaum hawa. (Variasi kalimat pertanyaan)
- Meskipun
begitu, jangan berfikir buruk tentang pria metroseksual! (Variasi kalimat
perintah)
c) Kalimat
pengulangan: Dampak dari sifat konsumerisme pada pria metroseksual membuat
mereka selalu belanja, belanja, dan belanja untuk menunjang penampilannya
setiap hari.
d) Kalimat
pengonstruksian idiomatik:
- Selain
menaruh perhatian lebih kepada penampilan, pria metroseksual juga cenderung
memiliki sifat konsumerisme, sifat yang menjadikan seseorang melakukan atau
menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.
- Betapa
pun seringnya mereka belanja, masih lebih merasa kurang cukup untuk
penampilanya.
Thursday, April 30, 2015
|
Labels:
ARTIKEL
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright by Fauziah Safarina 2012. Powered by Blogger.
MY CAMPUS
STUDENTSITE NEWS
About Me
Facebook Contact
My Twitter
My Tweets
Popular Posts
-
Ini salah satu bahan praktikum fisika dasar gue pas masih di tingkat 1. Gue share supaya bisa membantu peserta praktikum tingkat 1 lainnya...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang kaya akan budaya dan dae...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun hidup ber ke...
-
Tujuan saya memilih topik ini adalah untuk mendeskripsikan penyesuaian diri pada kepribadian ekstrovert dan introvert. Lalu mengetahui pe...
-
I. Definisi Pendapatan Nasional Pendapatan nasional dapat didefinisikan sebagai: · Nilai barang dan jasa yang diprodu...
-
1. Teori Perilaku Produsen Teori Perilaku Produsen adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana tingkah laku produsen dalam me...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya manusia banyak tujuan yang hendak dicapai sepanjang hidupnya. Seringkali ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi I...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki keberagaman terbany...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budaya-budaya ...
0 comments:
Post a Comment